Kasih Sejati
Seorang Ibu
Teman-teman, begitu besarnya kasih
dan ketulusan cinta seorang ibu! Maka, untuk memperingati Hari Ibu yang
jatuh pada tanggal 22 Desember, kisah ini kembali saya angkat ke hadapan
para netter sekalian. Terimalah persembahan dan penghargaan terbesar saya bagi
para ibu, di hari yang istimewa ini.
***
Di sebuah rumah sakit bersalin,
seorang ibu baru saja melahirkan jabang bayinya. "Bisa saya melihat bayi
saya?" pinta ibu yang baru melahirkan itu penuh rona kebahagiaan di
wajahnya. Namun, ketika gendongan berpindah tangan dan ia membuka selimut yang
membungkus wajah bayi lelaki mungil itu, si ibu terlihat menahan napasnya.
Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah
sakit, tak tega melihat perubahan wajah si ibu. Bayi yang digendongnya ternyata
dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Meski terlihat sedikit kaget, si ibu
tetap menimang bayinya dengan penuh kasih sayang.
Waktu membuktikan, bahwa
pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan
sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari, anak
lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan si ibu
sambil menangis. Ibu itu pun ikut berurai air mata. Ia tahu hidup anak lelakinya
penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Sambil terisak, anak itu bercerita,
"Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk
aneh."
Begitulah, meski tumbuh dengan
kekurangan, anak lelaki itu kini telah dewasa. Dengan kasih sayang dan dorongan
semangat orangtuanya, meski punya kekurangan, ia tumbuh sebagai pemuda tampan
yang cerdas. Rupanya, ia pun pandai bergaul sehingga disukai teman-teman
sekolahnya. Ia pun mengembangkan bakat di bidang musik dan menulis. Akhirnya,
ia tumbuh menjadi remaja pria yang disegani karena kepandaiannya bermusik.
Suatu hari, ayah anak lelaki itu
bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga. "Saya
percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuk putra Bapak. Tetapi harus
ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Maka,
orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan
mendonorkannya kepada anak mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan
tibalah saatnya mereka memanggil anak lelaki itu, "Nak, seseorang yang tak
ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera
mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah
rahasia," kata si ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Ia
pun seperti terlahir kembali. Wajahnya yang tampan, ditambah kini ia sudah
punya daun telinga, membuat ia semakin terlihat menawan. Bakat musiknya yang
hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari
sekolahnya.
Beberapa waktu kemudian, ia pun
menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia lantas menemui ayahnya,
"Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini
semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum
membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin
kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga
itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan
perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua
orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari, tibalah saat
yang menyedihkan bagi keluarga tersebut. Pada hari itu, ayah dan anak lelaki
itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan
perlahan dan lembut, si ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku.
Sang ayah lantas menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak lelaki
terjadi. Ternyata, si ibu tidak memiliki telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik si ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya, ‘kan ?"
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik si ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya, ‘
Melihat kenyataan bahwa telinga
ibunya yang diberikan pada si anak, meledaklah tangisnya. Ia merasakan bahwa
cinta sejati ibunya yang telah membuat ia bisa seperti saat ini.
Para netter yang luar biasa,
Kecantikan yang sejati tidak
terletak pada penampilan tubuh, namun ada di dalam hati. Harta karun yang
hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun justru pada apa yang
kadang tidak dapat terlihat. Begitu juga dengan cinta seorang ibu pada
anaknya. Di sana selalu ada inti sebuah cinta yang sejati, di mana terdapat
keikhlasan dan ketulusan yang tak mengharap balasan apa pun.
Dalam cerita di atas, cinta dan pengorbanan seorang ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tak bisa dinilai dan tergantikan. Cinta sang ibu telah membawa kebahagiaan bagi sang anak. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni. Karena itu, sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan jasa seorang ibu. Sebab, apa pun yang telah kita lakukan, pastilah tak akan sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik, dan merawat kita hingga menjadi seperti sekarang.
Dalam cerita di atas, cinta dan pengorbanan seorang ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tak bisa dinilai dan tergantikan. Cinta sang ibu telah membawa kebahagiaan bagi sang anak. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni. Karena itu, sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan jasa seorang ibu. Sebab, apa pun yang telah kita lakukan, pastilah tak akan sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik, dan merawat kita hingga menjadi seperti sekarang.
Mari, jadikan ibu kita sebagai
suri teladan untuk terus berbagi kebaikan. Jadikan beliau sebagai panutan
yang harus selalu diberikan penghormatan. Sebab, dengan memperhatikan dan
memberikan kasih sayang kembali kepada para ibu, kita akan menemukan cinta
penuh ketulusan dan keikhlasan, yang akan membimbing kita menemukan kebahagiaan
sejati dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar