Rabu, 10 April 2013

SWOT & POAC


SWOT
SWOT merupakan singkatan dari Strenght ( kekuatan )
Wea kn ess ( kelemahan ),
Opportunity ( peluang )
Threat ( ancaman ).
Strenght adalah kekuatan yang dimiliki sebuah  perusahaan. Kekuatan yang dimaksud adalah suatu kelebihan yang dimiliki perusahaan dalam mengelola kinerja perusahaannya. Antara lain kekuatan dalam mengolah input (SDA, SDM, modal, dan manajemen ) untuk menghasilkan output yang bernilai tinggi serta dapat bersang di dunia bisnis.
Weakness adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini setiap
perusahaan harus mampu meminimalkan dampak kelemahan yang mereka miliki terhadap kinerja perusahaan. Mereka juga harus mampu menindaklanjuti kelemahan yang mereka miliki agar dapat menemukan solusi dan strategi yang jitu untuk menembus pasar.
Opportunity adalah peluang perusahaan untuk meningkatkan daya saing serta untuk
menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pemenuhan kebutuhan berupa produk-produk yang berkualitas di pasaran. Peluang ini juga digunakan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang mereka hasilkan.
Threat adalah ancaman bagi perusahaan baik itu dari luar maupun dari dalam. Ancaman
yang datang dari dalam dapat berupa adanya perpecahan yang timbul akibat suatu perbedaan tujuan dan pandangan antara satu divisi dengan divisi lain atau salah paham antar individu atau kelompok dalam sebuah organisasi perusahaan. Ancaman yang datang dari luar dapat berupa penilaian seputar dimensi makro, faktor-faktor ekonomi ( naik turunnya harga bahan baku, krisis ekonomi ), sosial budaya, pasar, biaya, pesaing, pelanggan, pemerintah, politik dan teknologi.

SWOT singkatan dari strength, weakness, opportunity, dan threat atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman.
  • Kekuatan merupakan hal yang positif yang sifatnya dari dalam/internal
  • Kelemahan merupakan hal yang negatif yang sifatnya dari dalam/internal
  • Kesempatan merupakan hal positif yang sifatnya dari luar/eksternal
  • Ancaman merupakan hal negatif yang sifatnya dari luar/eksternal


POAC
P lanning
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.   (Al An Faal ayat 60)
Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Yaitu harus SMART
Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.
M easurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya.
Achievable  artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.
Realistic  artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak  terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
Time  artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.

O rganizing  
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam  barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”. (Ash Shof ayat 4)
Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah  menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job Description).
Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar penghasilannya.
Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat  sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari  manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.

A ctuating
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (At Taubah 105)
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama.
Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah  disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing. Tidak boleh saling jegal untuk memperebutkan lahan basah  misalnya.
Karena pada dasarnya pekerjaan utama pada organisasi bisnis adalah mencari laba. Namun untuk kemudahan dan efektifitas maka pekerjaan tersebut dibagi-bagi  sesuai dengan keahlian dan kompetensi masing-masing SDM.
Begitupun dalam organisasi da’wah. Tidak boleh saling serobot  pekerjaan. Yang memiliki kompetensi tabligh menjadi khatib. Yang memiliki  potensi membina dia menjadi murabbi (pendidik). Yang memiliki kompetensi  keuangan akuntansi menjadi business support (pendukung bisnis).
     
C ontrolling
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (Al Qaaf 16-18)
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit.
Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian.
Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.

SEMOGA BERMANFAAT...........!!!

Jumat, 05 April 2013

SUPERVISI DAN KOMUNIKASI DALAM MPKP



A.   SUPERVISI
1.      Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara benar.

2.      Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut:
a.       Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala Ruangan.
b.      Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
c.       Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf  perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.

3.      Evaluasi Aktivitas Supervisi
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara self evaluasi

B. KOMUNIKASI EFEKTIF
1.      Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.

2.      Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
a.       Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
b.      Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ
c.       .Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

3.      Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

Kamis, 04 April 2013

Motivasi Dalam MPKP



MENCIPTAKAN BUDAYA MOTIVASI
1.      Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998). Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui:
bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya
a.     Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah dikerjakan
b.    Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri
c.     Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
d.    Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan tindakan
e.     Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering mungkin
f.      Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
g.     Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
h.    Menjadi role model bagi staf
i.       Memberikan reinforcement sesering mungkin
2.      Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai berikut:
a.       Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
b.      Doa bersama sebelum memulai kegiatan
c.       Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
d.      Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan kompetensi
e.       Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja

3.      Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.

MANAJEMEN WAKTU
1.      Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu:
a.       Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b.      Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
c.       Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
2.      Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.


3.      Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner

C.    PENDELEGASIAN
1.      Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses:
a.     Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b.    Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
c.     Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d.    Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
e.     Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
f.      Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
g.     Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
h.    Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
2.      Penerapan Pendelegasian di MPKP
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.

Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa:
a.       Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
b.      Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab Shift
c.       Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan

Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang berhalangan.

3.      Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP
a.       Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas
b.      Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c.       Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci, baik lisan maupun tertulis
d.      Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
e.       Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.

4.      Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi.

Selasa, 02 April 2013

Pengorganisasian Dalam Keperawatan


Pengorganisasian Dalam Keperawatan

PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:

A.    Pengorganisasian Tenaga
Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift
Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.
Struktur Organisasi Ruang MPKP
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan system penugasan Tim Primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur Organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan:

1.      Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP
a.       Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
b.      Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)
c.       Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d.      Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e.       Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
f.       Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g.      Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.
h.      Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.
i.        Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
j.        Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2.      Uraian Tugas (Job Deskripsi) Personil di MPKP
        Kepala Ruangan
      Management Approach:
a.       Perencanaan
a)      Menyusun visi
b)      Menyusun misi
c)      Menyusun filosofi
d)     Menyusun Rencana Jangka Pendek: Harian, Bulanan, Tahunan

b.      Pengorgansasian
a)    Membuat daftar alokasi pasien
c.       Pengarahan
a)      Memimpin operan
b)      Menciptakan iklim motivasi
c)      Mengatur pendelegasia
d)     Melakukan supervisi
d.      Pengendalian
a)      Mengevaluasi indikator mutu
b)      Melakukan audit dokumentasi
c)      Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
d)     Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
a.       Compensatory reward
1)      Melakukan penilaian kinerja ketua Tim dan Perawat Pelaksana
2)      Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
      c.       Professional Relationship
1)      Memimpin rapat keperawatan
2)      Memimpin konferensi kasus
3)      Melakukan rapat tim kesehatan
4)      Melakukan kolaborasi dengan dokter
      d.      Pasien care delivery
 Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah    keperawatan
 Ketua Tim
     Management Approach:
a.       Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek (Rencana Harian, Rencana Bulanan)
b.      Pengorgansasian
1)         Menyusun jadual dinas bersama Kepala Ruangan
2)         Membagi alokasi pasien kepada Perawat Pelaksana
c.       Pengarahan
1)      Memimpin Pre Conference
2)      Memimpin Post Conference
3)      Menciptakan iklim motivasi di Timnya
4)      Mengatur pendelegasian dalam Timnya
5)      Melaksanakan supervisi kepada anggota Timnya
d.      Pengendalian
1)      Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan oleh Perawat Pelaksana
2)      Memberikan umpan balik pada Perawat Pelaksana
b.      Compensatory reward
Menilai kinerja Perawat Pelaksana
c.       Professional Relationship
1)      Melaksanakan konfrensi kasus
2)      Melakukan kolaborasi dengan dokter
d.      Pasien care delivery
         Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah keperawatan
c.       Perawat Pelaksana
1)      Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek (Rencana Harian)
2)         Pasien Care Delivery
3)      Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah keperawatan

Daftar Dinas Ruangan
Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.

Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.


Contoh Daftar Pasien:

No
Nama Pasien
Nama Dokter
Nama Katim
Perawat PJ
Pagi
Sore
Malam
7/11-07
6/11-07
6/11-07

1
2
3
4
5
6
7
Tim I
Ferri
Zulkifli
Arman
Bary
Dullah
Ahmad
Dirman

Dr. Anton
Dr. Anton
Dr. Anton
Dr. Meti
Dr. Meti
Dr. Meti
Dr. Anton

Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita

Beti
Ujang
Henny
Ulfa
Tito
Pusti
Anita

Beti
Beti
Henny
Henny
Tito
Tito
Anita

Ulfa
Ulfa
Pusti
Ulfa
Pusti
Pusti
Pusti

Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Tim II

Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore. Contoh diatas menunjukkan:
a.       Dinas pagi tanggal 7 November 2007 adalah Beti, Henny, Tito dan Anita. Beti merawat Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat asosiet karena Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam.
b.      Dinas sore tanggal 6 November 2007 adalah Ulfa dan Pusti.
c.       Dinas malam tanggal 6 November 2007 adalah Ujang.

B.     Klasifikasi Pasien

            Pasien diklasifikasikan berdasarkan system klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien:
1)       Perawatan total     : klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam
2)       Perawatan parsial  : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam
3)       Perawatan mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam

            Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut:
      a.      Kategori I: Perawatan mandiri / self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
b.      Kategori II: Perawatan sedang / partial / intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
c.       Kategori III: Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus-menerus.
Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan:
1.    Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
2.    Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria).
3.    Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total.
4.    Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
Klasifikasi Pasien berdasarkan Derajat Ketergantungan:

Kriteria ketergantungan
Jumlah pasien perhari sesuai kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst

Perawatan minimal :
1.   Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2.   Makan dan minum dilakukan sendiri
3.   Ambulasi dengan pengawasan
4.   Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5.   Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6.   Pengobatan prosedur memerlukan persiapan

Perawatan parsial :
1.   Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2.   Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3.   Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4.   Folley kateter, intake output dicatat
5.   Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur

Perawatan total :
1.   Segalanya diberi bantuan
2.   Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3.   Makan memerlukan NGT, intravena terapi
4.   Pemakaian suction
5.   Gelisah/disorientasi

Jumlah total pasien per hari




Kebutuhan Tenaga Perawat
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat:

JUMLAH PASIEN
KLASIFIKASI PASIEN
Minimal
Parsial
Total
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
1
0,17
0,14
0,10
0,27
0,15
0,07
0,36
0,30
0,20
2
0,34
0,28
0,20
0,54
0,30
0,14
0,72
0,60
0,40
3
0,51
0,48
0,30
0,81
0,45
0,21
1,08
0,90
0,60
Dst

Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 pasien ( 3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawatan parsial dan 5 pasien dengan perawatan total ) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi adalah:
3     x  0,17  =  0,51
14   x  0,27  =  3,78
5     x  0,36  =  1,90
Jumlah             6,90                 6 – 7 orang perawat

Libur/cuti                                = ± 5 orang
                                                   Jumlah kebutuhan perawat    = jumlah kebutuhan perawat setiap hari + 5 orang + kepala ruangan + ketua tim.
Kepala ruangan mengalokasikan setiap pasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut. Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.


PENGARAHAN
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998)sebagai berikut:
1.    Menciptakan iklim motivasi
2.    Mengelola waktu secara efisien
3.    Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4.    Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5.    Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6.    Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.    Menciptakan budaya motivasi
2.    Manajemen waktu: Rencana Harian
3.    Komunikasi efektif melalui kegiatan:
a.     Operan antar shift
b.    Pre conference tim
c.     Post conference tim
4.    Manajemen konflik
5.    Pendelegasian dan supervisi